THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 12 Januari 2010

PEMBELAJARAN TEMATIK

Pembelajaran Tematik

A. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan

tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika,

biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari

bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran tematik

menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalampendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secaraalamiah tentang dunia di sekitar mereka.


Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak

dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari,

mencakup berbagai mata pelajaran.

2. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan

alami.

3. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak

terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.

Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbgai aspek

kehidupan.

4. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai

sudut pandang.

5. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa

dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.


Keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.

2. Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan

menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif.

3. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa – yang dikaitkan

dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk

membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan

belajar.

4. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar

kelas.

5. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga

maningkatkan apresiasi dan pemahaman.


B. Kaitan Pembelajaran Tematik dengan Standar Isi

Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum yang dikeluarkan .Badan

Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa untuk kelas I, II, dan III SD

pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Mata pelajaran yang

harus dicakup adalah (1) pendidikan agama, (2) pendidikan kewarganegaraan,

(3) bahasa Indonesia, (4) matematika, (5) ilmu pengetahuan alam, (6) ilmu

pengetahuna sosial, (7) seni budaya dan keterampilan, dan (8) pendidikan

jasmani, olah raga dan kesehatan.

Dalam pembelajaran tematik, standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang termuat dalam standar isi harus dapat tercakup seluruhnya karena sifatnya

masih minimal. Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP), standar itu dapat diperkaya dengan muatan lokal

atau ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.


C. Cara Merancang Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memerlukan perencanaan dan pengorganisasian agar dapat berhasil dengan baik. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran tematik, yaitu (1) memilih tema,(2) mengorganisir tema,(3)mengumpulkan bahan dan sumber, (4) merancangkegiatan dan proyek, dan (5) mengimplementasikan satuan pelajaran.


1. Memilih Tema

Topik untuk pembelajaran tematik dapat berasal dari beberapa sumber.

Inilah beberapa di antaranya

a. Topik-topik dalam kurikulum

b. Isu-isu

c. Masalah-masalah

d. Event-event khusus

e. Minat siswa

f. Literatur


2. Mengorganisasikan Tema

Pengorganisasian tema dilakukan dengan menggunakan jaringan topik,

seperti contoh berikut ini.

“Air”

IPA

Matematika

Bahasa

Indonesia

Agama

Seni

IPS

Kewarganegaraan

Olah raga


3. Mengumpulkan Bahan dan Sumber

Pembelajaran tematik berbeda dengan pembelajaran berdasarkan buku

paket tidak hanya dalam mendesain, melainkan juga berbagai bahan yang

digunakan. Inilah beberapa sumber:

a. Sumber-sumber yang tercetak

b. Sumber-sumber visual

c. Sumber-sumber literatur

d. Artifac


4. Mendesain Kegiatan dan Proyek

Inilah beberapa saran:

a. Integrasikan bahasa – membaca, menulis, berbicara, dan mendengar.

b. Hendaknya bersifat holistik.

c. Tekankan pada pada pendekatan “hands-on, minds-on”.

d. Sifatnya lintas kurikulum.


5. Mengimplementasikan Pembelajaran Tematik

Beberapa kemungkinan implementasi:

a. Lakukan pembelajaran tematik sepanjang hari, untuk beberapa hari.

b. Lakukan pembelajaran tematik selama setengah hari untuk beberapa hari.

c. Gunakan pembelajaran tematik untuk satu atau dua mata pelajaran.

d. Gunakan pembelajaran tematik untuk beberapa mata pelajaran.

e. Gunakan pembelajaran tematik untuk kegiatan lanjutan.


Sumber: http://www.artikelpendidikan.com

Senin, 21 Desember 2009

artikel pendidikan "mahasiswa mendidik"

Quantum learning

ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.


Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.

“Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992)

Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan.

Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.”

Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.

Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.

Dari proses inilah, quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”

Dalam kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.

Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.

Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa.

Sumber : Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik: (Studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill); on line : Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan www.depdiknas.go.id

∞∞∞∞∞000∞∞∞∞∞

Makalah dan Artikel Filsafat, Sosial dan Budaya
Makalah dan Artikel Kurikulum dan Pembelajaran
Makalah dan Artikel Bimbingan dan Konseling
Makalah dan Artikel Psikologi Pendidikan
Makalah dan Artikel Manajemen Pendidikan

∞∞∞∞∞000∞∞∞∞∞

DOWNLOAD :

  * Seputar Manajemen Pendidikan
  * Seputar Konseling
  * Seputar KTSP
  * Aneka Instrumen Supervisi
  * Aneka Regulasi Pendidikan